Senin, 07 Desember 2009

TEORI BELAJAR ALIRAN SIBERNETIK

TEORI BELAJAR ALIRAN SIBERNETIK

Teori belajar jenis keempat, mungkin yang paling baru dari semua teori belajar yang kita kenal, adalah teori sibernetik. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi.
Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting lagi adalah ”sistem informasi” yang diproses itu. Informasi inilah yang akan menentukan proses.

Asumsi lain dari teori sibernetik ini adalah


bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka, sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori ini misalnya telah dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut ”algoitmik”dan ”heuristik”), Pask san Scott (dengan pembagian siswa tipe ”menyeluruh” atau ”wholist”, dan tipe ”serial” atau ”serialist”), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada pengolahan informasi.

Landa
Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir. Yang pertama disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. Jenis kedua addalah cara berpikir heuristik, yakni vara berpikir divergan, menuju ke beberapa target sekaligus.

Proses belajar akan berjalan dengan beik jika apa yang hendak dipelajari itu atau masalah yang hendak dipecahkan (atau dalam istila yang lebih teknis: sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Satu hal lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial, satu hal lain lebih tepat bila disajikan dalam bentuk ”terbuka” dan memneri keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir.
Misalnya, agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika, mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus ini disajikan dengan cara algoritmik. Alasannya adalah, sebuah rumus matematika biasanya mengikuti urutan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun, untuk memahami makna suatu konsep yang luas dan banyak memiliki interpretasi (misalnya konsep ”kemerdekaan”), maka akan lebih baik jika proses berpikir siswa dibimbing ke arah ”menyebar” (heuristik), dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatis, linier.

Pask Dan Scott
Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott itu disan dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir ”menyeluruh” (wholist) tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke ”gambaran lengkap” sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detil-detil yanng kita amati dahulu, tapi seluruh lukisan itu sekaligus, lalu sesudah itu kebagian-bagian yang lebih kecil.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan informasi menekankan beberapa hal seperti ”ingatan jarak pendek” (”short term memory”), ”ingatan jangka panjang” (”long term memory”), dan sebagainya, yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi. Kita lihat pengaruh aliran Neurobiologis sangat terasa disini. Namun, menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu dipahami, tapi juga lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itupun perlu diketahui.

Kritik Terhadap Teori Sibernetik
Teori sibernetik ini dikritik sebab tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan pengeterapkannya. Karena alasan ini pula, maka kita mendapat kesulitan untuk menggolongkan, apakah teori sibernetik ini lebih dekat ke teori konformis, atau teori liberal.
Jika teori humanis lebih dekat kedunia filsafat, teori sibernetik ini lebih dekat ke psikologi dan informasi. Selain itu, pemahaman kita terhadap mekanisme kerja otak yang masih terbatas mengakibatkan pengetahuan kita tentang bagaimana informasi itu diolah juga menjadi sangat terbatas.

Karena alasan ini pula, maka banyak pakar mendapat ilham untuk(makin) mengembangkan teori kognitif. Jika teori sibernetik lebih tertarik kepada kerja otak.teori kognitif lebih tertarik kepada kerja otak itu. Seperti kata seorang pakar kognitif: untuk menemukan perhitungan akar 437, misalnya, apakah kita perlu tahu bagaimana sebuah kalkulator bekerja? Pendeknya, untuk mengembangkan suatu teori belajar, kita tidak harus mengetahui seluk beluk kerja otak kita sampai ke detil-detilnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar