Guru Profesional
Pendidikan berintikan interaksi anta pendidik dan peserta didik untukmencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk triangle, jika hilang sala satu komponennya, maka hilang pula hakikat pendidikan. Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan atau dibantu unsure lain seperti media teknologi, tetapi tidak dapat digantikan. Mendidik adalah pekerjaan professional, oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik professional.
Sebagai pendidik professional, guru tidak hanya dituntut melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan professional.
Depdikbud (1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh guru sebagai berikut;
1. kemampuan professional, yang mencangkup;
a. penguasaan materi pelajaran, mencangkup bahan yang akan diajarkan dan
dasar keilmuan dari bahan yang akan diajarkan tersebut.
b. penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan
c. penguasaan proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa.
2. Kemampuan social, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar.
3. Kemampuan personal yang mencangkup:
a. penampilan sikap yang positif terhadap keseluruan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruan situasi pendidikan
b. pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki oleh seorang guru.
c. penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan teladan bagi siswanya.
Lebih lanjut lagi Depdikbud(1980) merinci ketiganya menjadi 10 kemampuan dasar, yaitu:
1. penguasaan bahan pengajaran dan konsep-konsep dasar keilmuan
2. pengelolaan program belajar-mengajar
3. pengelolaan kelas
4. penggunaan media dan sumber pembelajaran
5. penguasaan landasan-landasan pendidikan
6. pengelolaan interaksi belajar-mengajar
7. penilaian prestasi siswa
8. pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
9. pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah
10. pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.
Selengkapnya...
Selasa, 01 Desember 2009
Guru Profesional
Macam-Macam Model Kurikulum
Macam-Macam Model Kurikulum
A. Kurikulum Subjek Akademis
Model kurikulum ini adalah model yang tertua sejak sekolah yang pertama berdiri, sampai sekarang walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak bias melepaskan tipe ini. Mengapa demikian? Kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, dan mudah digabungkan dengan tipe lain.
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (parenialisme dan esensialisme) yang berorentasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir pada masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan
Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan bidang disiplin para ahli, masing-masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis, logis dan solid. Para pengembang kurikulum tidak perlu susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mengorganisasinya secara sistematis, sesui dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya.
Karena kurikulum ini mengutamakan pengetahuan, maka pengetahuan lebih bersifat intelektual. Nama-nama mata pelajaran hamper sama dengan disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, matematika, sejara, dan sebagainya.
B. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistic dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (romantic education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa aalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menentukan segi intelektual dengan peran utama dipegang oleh guru. Pendidikan humanistic menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana yang permisif, rilek, dan akrab. Berkat situasi tersebut anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa, bagaimana merasakan dan bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari linkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistic yaitu pendidikan: konfluen, kritikilisme radikal, dan minikisme modern.
C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi social berbeda dengan yang lainnya. Kurikilum ini lebih memusatkan pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulumini bersumber dari aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan brsama, interaksi, kerjasama. Kerjasama interaksi tidak hanya terjadi pada siswa maupun dengan guru, tetapi juga antara siswa dwngan siswi, antara siswa dengan lingkungan sekitarnya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui kerjasama ini diharapkan siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Pandangan rekonstruksi social di dalam kurikulum dimulai sejak 1920-an. Hrold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah social.
D. Teknologi dan Kurikulum
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dibidang pendidikan berkembang juga teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang lebih besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit dan ahirnya menjadi prilaku-prilaku yang dapat diamati atau diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum ada dalam dua bentuk, yaitu perangkat lunak(software) dan perangkat keras(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dikenal dengan teknologi alat(tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak dikenal dengan teknologi sistem(system tecnoligy).
Selengkapnya...
Evaluasi dan Kurikulum
Evaluasi & Kurikulum
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas karena beberapa factor,
1. evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.
2. Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan.
3. Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang dilakukan manusia yang sifatnya selalu berubah.
Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Ada pihak yang berpendapat bahwa antara keduanya tidak ada hubungan, tetapi ada pihak lain yang menyatakan keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat.Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi akan memberikan warna pada pelaksanaan kurikulum.
Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat organis dan prosesnya berlangsung secara evolusioner. Pandangan-pandangan lama yang tidak sesuai lagi dengan tuntuan zaman, secara berangsur-angsur diganti dengan pandangan baru yang lebih sesuai.
R. A Becher, seorang ahli pendidikan dari Universitas Sussex, Inggris menyatakan bahwa tiap program pengembangan kurikulum mempunyai style dan karakteristik tertentu, dan evaluasi dari program tersebut akan memperlihatkan style dan karakteristik yang sama pula.
Selengkapnya...
Peranan Evaluasi Kurikulum
Peranan Evaluasi Kurikulum
Peranan evaluasi kebijaksanan dalam kurikulum pendidikan miimal berkenaan dengan tiga hal, sebagai berikut.
1. Evaluasi sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah niali. Hasil dari evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai. Kedua, Evaluasi berisi suatu perangkat criteria praktis, berdasarkan criteria-krateria tersebut suatu hasil dapat dinilai.
2. Evaluasi dan penentuan keputusan
Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau kurikulum banyak, yaitu guru, murid, kepala sekolah, orang tua, para inspektur, pengembang kurikulum, dan sebagainya. Pada prinsipnya tiap individu di atas membuat keputusan sesuai dengan posisinya. Besar atau kecilnya peranan keputusan yang diambil oleh seseorang sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya serta masalah yang dihadapinya pada suatu saat.
3. Evaluasi dan consensus nilai
Dalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan evaluasi kurikulum sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan penilaian dan evaluasi. Para partisipan dalam evaluasi pendidikan dapat terdiri atas orang tua, murid, guru, pengembang kurikulum, administrator, ahli politik, ahli ekonomi, penerbit, arsitek, dan sebagainya.
Selengkapnya...