Senin, 07 Desember 2009

MODEL PEMBELAJARAN

BEBERAPA MODEL PEMBELAJARAN

Dari hasil kajian terhadap berbagai model belajar mengaiar yang secara khusus telah dikembangkan dan dites oleh para pakar kependidikan di bidang itu, Joyce dan Weil (1986) mengelompokkan model model tersebut ke dalam empat kategori, yakni :
a. Kelompok Model Pengolahan Informasi atau “The Information Processing Family”,
b. Kelompok Model Personal atau “The Personal Family”,
c. Kelompok Model Sosial atau “The social Family”,
d. Kelompok Model Sistem Prilaku atau “The Behavioral System Family”.

3.1. Kelompok Model Pengolahan Informasi

Model model Belajar Mengajar Pengolahan. Informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara cara memperkuat dorongan¬ dorongan internal (datang dan dalam diri) manusia untuk

memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan. data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa, untuk mengungkapkannya. Beberapa model dalam kelompok ini memberikan kepada peserta didik sejumlah konsep, sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep dan pengetesan hipotesis, dan sebagian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif.
Model pembelajaran ini menekankan pada peserta didik agar memiliki kemampuan untuk memproses informasi sehingga peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah yang memiliki kemampuan dalam mengolah informasi.

Tugas guru dalam model ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memproses informasi. Guru juga bertugas untuk menciptakan lingkungan/ kondisi agar peserta didik mampu memiliki kemampuan berikut:
• dapat menangkap stimulus dari lingkungannya
• dapat merumuskan masalah
• dapat mengembangkan pemecahan masalah, baik menggunakan lambing verbal maupun non verbal.

Guru yang menganut model ini akan menaruh perhatian pada pengembangan kecakapan peserta didik dalam mengatasi setiap persoalan dan menggunakan pendekatan “problem solving” sebagai strategi mengajar, sehingga kemampuan tersebut disertai dengan pengembangan kreativitas.

Secara umum banyak dan model pengolahan informasi ini yang dapat diterapkan kepada peserta didik dari berbagai usia yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah model :
1. Pencapaian Konsep (Concept Attainment)
2. Berfikir Indukfif (Inductive Thinking)
3. Latihan Penelitian (Inquiry Training)
4. Pemandu Awal (Advance Organizers)
5. Memorisasi (Memorization)
6. Pengembangan Intelek (Developing Intellect), dan
7. Penelitian Ilmiah (Scientific Inquiry).

3.2. Kelompok Model Personal atau “Personal Model”
Disadari bahwa kenyataan hidup manusia pada akhirnya terletak pada kesadaran individu. Manusia mengembangkan kepribadian yang unik, dan melihat dunia dari sudut pandangannya yang juga unik yang merupakan hasil dari pengalaman dan kedudukannya. Pengertian umum merupakan hasil kesepakatan individu individu yang harus hidup, bekerja, dan membentuk keluarga secara bersama sama.

Model Personal beranjak dari pandangan kedirian atau “selfhood” dari individu. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan dapat memahami diri sendiri dengan baik, memiku tanggung jawab untuk pendidikan, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model pembelajaran di dalam kelompok ini sangat mementingkan efek pengiring (nurturant effect).

Model ini menekankan pada pentingnya peningkatan kemampuan secara individual. Nilai seorang pendidik adalah mampu membentuk kekhasan khusus setiap individu. Yang menjadi perhatian guru adalah:
• Bagaimana setiap individu mengalami proses perkembangan secara wajar
• Setiap murid mampu mengkonstruksi dirinya sendiri (self concept)
• Sering memperhatikan aspek-aspek emosional individu dengan asumsi apabila setiap individu memiliki ketertiban pribadi internal maka dapat menghubungkannya dengan dirinya sendriri maupun dengan lingkungan.

Dengan demikian, Kelompok Model Personal memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya. Adapun yang termasuk ke dalam kelompok model ini adalah:
1. Pengajaran Tanpa Arahan(Non Directive Teaching)
2. Sinektiks (Synectics Model)
3. Latihan Kesadaran (Awareness Training), dan
4. Pertemuan Kelas (Classroom Meeting).
3.3. Kelompok Model Sosial atau “Social models”

Harus diakui bahwa. kerjasama merupakan salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan kerjasama manusia dapat membangkitkan dan menghimpun tenaga atau “energy” secara bersama yang kemudian disebut “synergy” (Joyce dan Weill : 1986). Kelompok Model Sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama. Model-model interaksi social didasarkan pada dua asumsi pokok, yaitu: (1) masalah-masalah social diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatan-kesepakatan yang diperoleh di dalam dan menggunakan proses-proses social, (2) proses social yang demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara build in dan terus menerus.

Kelompok model ini menganggap bahwa mengajar pada hakekatnya sebagai hubungan sosial dan manusia yang pandai melakukan hubungan social itulah yang dapat membentuk “better society”. Model ini menekankan pentingnya individu untuk melakukan hubungan dengan orang lain.

Model ini telah banyak diteliti dalam rangka pengetesan keberlakuannya. David dan Roder Johnson dan kawan kawan (1974, 1981) dan Robert Shavin (1983) telah bekerja sama dengan para guru untuk mengkaji kemanfaatan dari penggunaan “cooperative rewards” atau hadiah yang diberikan atas suatu kerjasama, dan struktur tugas kerjasama atau “cooperative task structure” dalam suatu kegiatan kelompok. Hasilnya cukup meyakinkan, ternyata belajar bersama dapat membantu berbagai proses belajar. Namun demikian hal ini tidaklah berarti bisa dipakai begitu saja. Yang harus dicatat ialah, “synergy” dapat memberikan keuntungan, dan oleh karena itu pula model model sosial merupakan bagian penting dari proses belajar mengajar secara. keseluruhan.

Kelompok model ini meliputi sejumlah model, seperti berikut :
1. Investigasi Kelompok (Group Investigation),
2. Bermain Peran (Role Playing),
3. Penelitian Yurisprudensial (Jurisprudential Inquiry),
4. Latihan Laboratoris (Laboratory Training), dan
5. Penelitian llmu Sosial (Social Science Inquiry).

3.4. Kelompok Model Sistem Perilaku atau “Behavioral Systems”

Bertolak dari psikologi behavioristik, model-model pembelajaran kelompok ini mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki. Dasar teoritik dari kelompok model ini ialah teori teori belajar sosial atau “social learning theories”. Model ini dikenal pula sebagai model Modifikasi Perilaku atau “Behavioral Modification”. Terapi Perilaku atau “Behavioral Therapy”, dan Sibernetika atau “Cybernet¬ics”. Dasar pemikiran dari kelompok model ini ialah sistem Komunikasi yang mengoreksi sendiri atau “self correcting communication sys¬tems” yang memodifikasi perilaku dalam hubungarmya dengan bagaimana tugas tugas dijalankan dengan sebaik baiknya.

Dengan berdasar pada konsep bagaimana seseorang memberikan respon terhadap tugas dan umpan balik, para ahli psikologis, seperti Skinner (1953) telah mempelajari bagaimana mengorganisasikan struktur tugas dan umpan balik agar dapat memberikan kemudahan terhadap hilangnya rasa takut pada diri seseorang, bagaimana belajar membaca dan menghitung, mengembangkan keterampilan atletik dan sosial, menghilangkan rasa cemas dan cara santai, dan mempelajari keterampilan keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang perlu bagi seorang pilot atau astronout. Oleh karena. itu, model ini memusatkan perhatian pada perilaku yang terobservasi atau “overt behaviour”, dan metode dan tugas yang diberikan dalam rangka mengkomunikasikan keberhasilan.

Yang termasuk ke dalam kelompok ini yaitu :
1. Belajar Tuntas (Mastery Learning),
2. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
3. Belajar Kontrol Diri (Learning Sey Control),
4. Latihan Pengembangan Keterampilan dan Konsep (Training for Skill and Concept Development) dan
5. Latihan Asertif (Assertive Training).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar